NUMERIK AL-QURAN


Ada beberapa ketentuan dalam ajaran Islam yang memerlukan kemampuan berhitung untuk bisa menjalankannya. Di antaranya adalah zakat dan warisan. Tanpa kemampuan berhitung, kedua ajaran ini tidak mungkin bisa diamalkan. Walau sekarang sudah banyak orang yang bisa membantu pelaksanaannya, keharusan ummat Islam untuk cerdas berhitung, atau cerdas angka, tidaklah menjadi hilang.

Masih ada beberapa ajaran lain yang, langsung atau tidak, berkaitan dengan soal cerdas angka. Misalnya, kemampuan untuk menghitung posisi tempat sholat terhadap kiblat. Tanpa kemampuan ini, boleh jadi seseorang merasa telah menghadap kiblat, padahal belum. Untuk kasus di Indonesia, telah ada koreksi mengenai arah ini oleh Ahmad Dahlan. Namun bila kemampuan ini tidak dimengerti, maka boleh jadi peristiwa orang-orang Indonesia yang pindah ke Suriname akan terulang lagi. Sebagian orang Indonesia yang pindah ke Suriname, juga sholat menghadap ke arah barat sebagaimana di Indonesia. Padahal seharusnya menghadap ke timur.

Syarat menghadapkan wajah ke kiblat adalah syarat syahnya sholat. Mungkin ketentuan ini, bila diterjemahkan secara bebas, maka redaksinya menjadi: “mengerti geographi, dalam konteks tahu arah kiblat, adalah syarat syahnya sholat

Dalam hal penentuan tanggal 1 ramadhan dan 1 syawal  juga demikian. Kita susah membayangkan bagaimana menentukan tanggal pada 15 abad yang lalu, saat kalender dan jam belum ada. Tetapi mereka cukup pintar untuk menghitung waktu. Hal yang lebih sulit dimengerti lagi justru terjadi pada saat sekarang. Hampir selalu terjadi selisih pendapat dalam menetapkan tanggal tersebut, walau alat pendukung untuk mengetahuinya sudah sangat maju bila dibandingkan dengan beberapa abad lalu. Perselisihan hanya dapat dimaklumi bila terjadi 3 hal, yaitu:

  1. Kecepatan bulan dalam mengitari bumi tidak tetap
  2. Bulan bergerak dalam lintasan orbit yang tidak tetap
  3. Bumi berotasi dalam kecepatan yang tidak tetap

Bila 3 hal ini tidak ada, maka sudah pasti penentuan tanggal tidak akan memunculkan perbedaan pendapat. Karena, baik melalui hisab maupun rukyah, keduanya akan menghasilkan kesimpulan yang sama.

Contoh-contoh yang disampaikan bukan dalam rangka mempertajam perselisihan, tetapi ajakan untuk merefleksi sejenak, bahwa pembelajaran agama ternyata mensyaratkan kemampuan berhitung.

Hal ini pula yang membuat kita bisa menemukan korelasi yang sangat jelas dengan keadaan Rasulullah yang pintar berhitung, namun tidak bisa membaca, terutama pada saat-saat awal kenabiannya. Pada awal turunnya wahyu, beliau diperintahkan membaca tulisan yang dibawa Jibril as. Rasulullah menyatakan ketidakbisaannya membaca: “Ma ana bi qari”.

Namun nabi Muhammad adalah seorang yang pintar berhitung, karena beliau terbiasa berdagang sejak masa mudanya. Apakah ini akan dimaknakan bahwa Allah alpa menyiapkan utusanNya untuk bisa membaca sebelum pengangkatannya? Sudah tentu jawabannya tidak. Karena Allah tidak pernah lupa. Namun bagaimana kita memaknakan peristiwa ini?

Bisakah peristiwa ini disimpulkan bahwa pembelajaran tentang angka atau numerik menempati arti penting dan pertama dalam urusan keberagamaan kita sebelum kita mempelajari bagian-bagian yang lain?

Terlepas bagaimana kemudian kita menyimpulkannya, ada baiknya kita perhatikan bagaimana Al Qur’an, sebagai pedoman pokok dalam Islam, mepapar angka-angkanya.

Dalam surat Al Fajr, surat ke 89, pada ayat ke 3, dinyatakan:

Demi bilangan genap dan ganjil

Allah telah bersumpah dengan menggunakan angka. Dan sesuatu yang dijadikan obyek sumpah oleh Allah pastilah mempunyai makna yang sangat penting. Bagaimanakah hubungan antara memahami angka dan memahami agama? Untuk bisa menemukan jawaban atas pertanyaan ini tentu memerlukan waktu yang tidak sedikit. Namun, secara bertahap kita bisa mulai dari awal yang sangat sederhana. Paling tidak Qs. 10, ayat 5 memberikan sedikit gambaran mengenai hubungan tersebut:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

Pada kesempatan kali ini dihadirkan beberapa kajian numerik Al Qur’an. Yaitu pemaparan hubungan-hubungan numerik yang ada dalam Al Qur’an. Setidaknya, dapat diketahui beberapa keunikkan dari angka-angka yang ada dalam Al Qur’an. Sehingga mendorong kita untuk mengenal lebih jauh lagi angka-angka yang ada di dalamnya. Semua sudah tentu bermakna sangat dalam, karena penentuan angka-angka bukanlah dari Rasulullah, bukan juga dari Jibril, tetapi dari Allah. Perlu kita merenungkan pesan-pesan yang ada di balik angka-angka tersebut.

Angka-angka pokok yang ada di dalam Al Qur’an berkaitan dengan jumlah:

  1. Juz                   30
  2. Surat                114
  3. Ain                   558
  4. Ayat                 6236

Mungkin kita akan sedikit terusik dan terdorong untuk mengetahui angka-angka tersebut. Bagaimana mungkin angka-angka tersebut seperti dicantumkan tanpa susunan yang pasti? Ada juz yang terdiri dari 11 surat, ada yang hanya 2 surat, ada pula yang satu surat saja tidak lengkap, seperti juz 2 yang berisikan surat Al Baqarah mulai dari ayat 142 sampai ayat 152 dan juz 5 yang berisi 124 ayat surat An Nisa’.

Ada pula pembagian juz yang terkesan unik, seperti pada juz 13 dan 14. Di juz 13, surat Al Hijr hanya 1 ayat, dan sisanya, yaitu 98 ayat, dimasukkan ke juz 14. Juz 2 dan 6 hanya berisi 111 ayat, tapi juz 19 berisi 343 ayat. Di juz 28 ada 137 ayat, tetapi di juz berikutnya, yaitu juz 29, ada 341 ayat. Apa arti semua pembagian numerik ini ? Akan mudah muncul kesan bahwa penyusunan dilakukan secara acak, tanpa makna. Tetapi bila kita memperhatikan ayat Qs. 4 ayat 166, kita akan tidak buru-buru menyimpulkan demikian.

“(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah yang mengakuinya.”

Sebagian orang mungkin akan menyatakan: “kalaupun angka-angka tersebut penuh dengan makna, lantas kenapa kita harus mengetahuinya? Manusia hanya perlu melaksanakan perintah-perintahNya, tanpa perlu banyak tahu kedalaman arti semua firmanNya”.

Apabila sikap ini dipegang, maka kita telah mengabaikan perintah untuk memikirkan ayat-ayatNya, yang dinyatakan di banyak ayat. Diantaranya pada surat Al Anbiya’ ayat 10:

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”

Terlebih lagi bila kita ingin menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, tidak ada jalan lain bagi kita kecuali terus menggali ilmu yang terkandung di dalamnya. Bukankah kita tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa selamanya, menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman, bila pedoman tersebut tidak kita pahami?

Pada tingkat pengenalan awal, akan dipaparkan beberapa bentuk hubungan angka-angka yang ada dalam Al Qur’an. Namun yang disajikan disini adalah hubungan-hubungan sederhana.  Beberapa diantaranya adalah:

  1. 6666 dan 6236
  2. Gen
  3. 37 Golongan
  4. Al Ikhlash
  5. Sholawat kepada Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as
  6. Hijab
  7. Balada Samson dan Laila

Setelah mengenal sedikit mengenai angka Al Qur’an dan hubungan-hubungannya, mungkin akan muncul beberapa pertanyaan. Salah satunya adalah: “Bukankah ini hanya sebuah hubungan yang kebetulan atau ‘otak-atik gatuk’ (istilah dalam bahasa Jawa)saja?

Jawabannya sudah tentu tidak. Karena Allah menyatakan bahwa apa yang ada dalam kitab adalah ‘la raiba’. Perhatikan Qs. 2 ayat 2:

“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

La raiba’ artinya adalah ‘tidak ada keraguan’. Dalam terjemahan lain adalah sesuatu yang bersifat ‘pasti’. Dan ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersifat pasti atau eksakta biasa menggunakan angka.

Pembelajaran tentang numerik Al Qur’an tentunya tidak berhenti pada wacana teoritis saja. Semua terhubung dengan setiap bagian-bagian dari ajaran agama, dan lebih jauh lagi, terhubung dengan ayat-ayat kauniah. Paling tidak, pada tahap pembelajaran awal, akan ada beberapa pola bacaan yang dapat bermanfaat untuk mengatasi berbagai problema hidup, seperti: penyakit, karir, bisnis.

8 Balasan ke NUMERIK AL-QURAN

  1. Dian Adriansyah berkata:

    apakah ini pelajaran dari AL-QITRI..?

  2. Mochammad Ali berkata:

    Assalamu’alaikum…
    mohon maaf jika saya bingung untuk menguraikan, garis besarnya sbb :
    – memegang tiang “18” dikanan
    – memegang tiang “81” dikiri
    – tiang utama berdiameter besar serasa keduatangan merangkul
    – ke3 tiang itu berwarna putih dan tidak berpangkal dan tak berujung
    jika di kaji dari numerik islam bagaimana pak ?

    terima kasih ,
    wassalamu’alaikum

    • darulqohar berkata:

      Memegang tiang 18 dikanan, dan memang ditangan kanan anda ada angka 18 (arab
      Memegang tiang 81 dikiri, ditelapak tangan kiri anda ada angka 81.Tngan kiri + tangan kanan lambang Al Ikhlash ( Meng esakan Allah ) dengan mengenal diri melalui firmanNYa, Al Qur’an.
      Wassalam
      Anwar

  3. fheira berkata:

    Asslkm, mhn info bpk/ibu, seblmnya saya mhn maaf klo boleh tahu apakah betul qitri itu sendr adlh istri dr bpk.lukman. Dan adakah hub antara kajian ini dg kajian keilmuan yg ada disalemba yg dipimpin oleh seseorg yg biasa disebut bunji. Dg kajian buka juz, struktur ain dsb. Tks byk atas info dan saya sgt berharap balasan suratnya

    • darulqohar berkata:

      Sdri Fera, Qitri itu adalah sebuah kata yang terdapat di Al Qur’an yang berarti “cairan besi panas”, mungkin memounyai pesan bahwa, keilmuan Papa Lukman bisa membentuk manusia menjadi bentuk sifat yang baik dan terpuji. Dan beliau tinggal di Bukit duri ( kit-ri), itu bukan suatu kebetulan karena didunia ini tidak ada yang namanya kebetulan.

      Mengenai pelajaran yang di ajarkan oleh ibu Bunji itu, kalau memang beliau mengajarkan tentang juz, struktur ain dll, mungkin sumbernya sama yaitu Papa Lukman.Saya tidak begitu yakin karena saya tidak kenal.
      Wassalam
      Anwar

  4. Imam M. berkata:

    Assalamualaikum wr wb
    Mohon info bpk/ibu apakah keterkaitan kajian juz Bpk. Luqman ada kaitannya dengan kajian Juz dan Huruf Angka Quran (HAQ) yg ada di Malang (Yayasan Badiyo) oleh Ki Munadi MS. Beliau asli Yogyakarta.
    Sekian Terimakasih.
    Wassalamualaikum wr wb.

    • darulqohar berkata:

      InsyaAllah ada keterkaitannya, mungkin metode belajar dan tatacara pengamalannya yang berbeda. Tak ada salahnya bila anda juga belajar dengan metode darul Qohar, nanti anda kan merasakan bedanya kalau ada

Tinggalkan komentar