Karakter Diri Juz 5 ( Feminim dan Suka Mengungkit )


JUZ 5

1. Profil

Juz ini hanya berisi satu surat yang tidak penuh, yaitu surat ke-4

(an-Nisaa) sebanyak 124 ayat. Surat an-Nisaa berisi 176 ayat, dan

124 ayat yang berada ditengah (24-147) menjadi milik juz 5.

Juz 5 memiliki profil yang sama dengan juz 2. Ia berada di

tengah-tengah surat panjang. Dua surat panjang dalam al-Quran,

yang terbagi ke dalam 3 juz, atau dimiliki oleh 3 juz ialah surat ke-1

(al-Baqarah) dan surat ke-4 (an-Nisaa). Karena posisinya yang berada

di tengah-tengah surat, maka juz ini tidak diawali oleh awal

surat, dan juga tidak berakhir pada akhir surat.

Banyak juz yang tidak berawal dari awal surat, dan tidak berakhir

pada akhir surat, sebagaimana juz 2 dan juz 5, tetapi di tengahtengahnya

pada umumnya memiliki surat utuh. Di sinilah letak kekhususan

pembagian juz dalam al-Quran. Konsistensi pembagian

juz hanya dapat dilihat pada pengelompokkan jumlah ayat pada

tanda ’ain. Artinya, pengelompokkan ayat ke dalam tanda ’ain pada

setiap juz tetap konsisten, dengan jumlah minimal 14, dan maksimal

22 (selain juz 30). Namun demikian, tidak ada juz yang jumlah tanda ’ainnya 15. Juz 5 memiliki 17 tanda ’ain,

2. Karakter Juz 5

Huruf cetak-tebal pada ayat awal juz ini ( Waalmuhsanaatu ). Terhadap

waktu, seorang juz 5 dapat bersifat disiplin, tetapi sekaligus juga

pelupa. Terhadap modal atau uang, ia dapat mengaturnya dengan

baik, tetapi ia sering begitu ”perhitungan” dalam mengalokasikan

uang, sepertinya menjadi seorang yang agak ”pelit”.

Seorang juz 5 pada umumnya sangat labil, ia mudah sekali

emosi, tetapi sekaligus emosinya juga cepat reda. Pada saat marah,

ia dapat saja ”mencak-mencak” dengan mengeluarkan berbagai perkataan,

tetapi kemudian ia kembali stabil dan lupa terhadap apa

yang ia marahkan. Ia tidak memiliki rasa dendam, atau memendam

perasaan. Kemarahan baginya hanya sekedar pelepas beban psikolo gis. Bagaikan membuang kotoran dari tubuh, setelah kotoran iitu

hilang maka ia lupa pada kotoran itu.

Seorang juz 5 juga memiliki kepedulian pada lingkungan. Ia

begitu ”usil” terhadap penampilan orang lain. Ia begitu jeli dalam

mengamati kerapihan orang lain, bahkan sampai pada persoalan

yang kecil dan sepele. Dia seorang pribadi wanita sejati. Jika juz 4

berisi surat an-Nisaa bercampur dengan surat Ali Imran, dan dalam

juz 6 surat an-Nisaa bergabung dengan surat al-Maidah, maka juz 5

hanya berisi surat an-Nisaa murni. Tetapi karena kemurniannya itu,

ia bukanlah tipe seorang ibu rumah tangga yang mampu memberikan

hidangan secara ”perfect” terhadap suami. Berbeda dengan juz

6 yang memiliki ”daya-tampil” dan kemampuan menghidangkan

(al-Maidah) tinggi, juz 5 justru tidak memiliki alternatif lain, selain

hanya sebagai pendamping lelaki. Ia hanya mampu mencerna dan

mengolah dengan baik, tetapi menghidangkannya secara sempurna

masih tetap kalah dengan juz 6.

Ini artinya, bahwa ada kekurangan laten dalam diri seorang juz 5,

dalam posisinya sebagai wanita atau ibu. Ia memiliki kekuatan pada

bagian tangan, tetapi sekaligus apa yang ia kerjakan (tangan) biasanya

atau bahkan sering tidak pernah sempurna. Pada saat ia berada

pada posisi ”senang”, ia sangat cekatan untuk melakukan berbagai

pekerjaan (kegiatan). Tetapi begitu terganggu kondisi hatinya, maka

seketika itu ia tak mampu mengerjakan apa-apa.

Sebagai seorang wanita, maka ia memiliki perasaan yang halus

dan romantik. Sikap kemanjaan dan ketergantungan terkadang

muncul. Dan apabila seorang juz 5 laki-laki, ia pun memiliki

penampilan yang cenderung halus, bagaikan seorang wanita.

Dari segi intelektual, karena ia memiliki kepedulian sosial (lingkungan)

tinggi, maka ia dapat berpikir masalah global (mondial).

Tetapi ia hanyalah seorang generalis, yang hanya tahu sedikit tentang

berbagai masalah. Memang dari segi pemikiran, ia selalu berobsesi

menjangkau banyak hal. Dan ia juga berambisi untuk menangani

berbagai persoalan. Tetapi, dari segi praktis (operasional) ia

lemah. Ia sering memiliki gagasan kreatif, tetapi sekaligus ia tak

mampu merealisasikan gagasan kreatifnya itu dalam kegiatan

operasional.

Seorang juz 5 pada umumnya memiliki banyak rencana, tetapi

banyak rencana yang akhirnya kandas dan tak mampu direalisasikan.

Ia juga bersikap normatif terhadap orang lain. Di samping itu,

ia juga sering memperbesar masalah yang sebenarnya kecil. Obsesinya

untuk memperbaiki kondisi lingkungan, atau kerabat terdekat

begitu besar. Atau sebaliknya, ia sering menguasai lingkungan atau

kerabat (kawan-kawan) terdekat.

 

3. Kelemahan dan Kelebihan

Kelemahan dan kelebihan seorang juz 5 terletak pada bagian

tangan dan atau syaraf. Tetapi kelemahan pada bagian tangan pada

umumnya tidak dalam bentuk fisis, melainkan pada aspek kemampuan

menangani masalah ataupun pekerjaan yang benar-benar

lemah. Ketika bagian tangan seorang juz 5 menjadi kelebihan, maka

berarti ia dapat menangani berbagai macam persoalan. Dan ia

menghendaki segala sesuatu yang berada di sekelilingnya tampak

rapih. Tetapi ketika tangan sedang menjadi kelemahan, maka berarti

ia sedang tidak mampu melakukan apapun. Dan hal ini terjadi

ketika ia sedang mengalami gangguan pada titik 9 (hati).

Kelemahan yang secara fisis bersifat laten biasanya terdapat pada

bagian syaraf atau persendian. Atau juga pada bagian lengan tangan

kanan. Kelemahan lain, dan ini kekecualian, terdapat pada bagian

pernapasan atau tenggorokan. Banyak orang juz 5 yang gampang

terkena penyakit asma.

Sistem 11 pada juz 5 sama dengan yang ada pada juz 14 dan 23.

Sebab juz-juz tersebut merupakan juz pemampatan (saudara) terdekat

(mirip) dari juz 5. Ini berarti bahwa, ketika seorang juz 5 mampu

memanaj perasaan dan kondisi hatinya secara setimbang, maka

kelemahan laten yang ia miliki tidak akan menjadi sakit yang terlalu

parah.

 

 

4. Pesan Keilmuan

Pesan (keilmuan) yang terkandung di dalam juz 5 mengenai tugas

seorang wanita sebagai ibu. Setelah bertemu dengan Ali Imran

dalam kehidupan rumah tangganya (di juz 4), seorang an-Nisaa

(wanita) akan mengandung selama 9 bulan, melahirkan, memberi

makan dan nafas kehidupan melalui hubungan tali-rasa dengan

seorang anak. Setelah lahir hingga usia tertentu ibulah yang mempunyai

banyak andil dalam mendidik dan mengasuh anak. Sehubungan

dengan perkembangan psikologi, dalam juz ini mengisyaratkan

bahwa seorang anak pada usia 5 tahun, akan lebih dekat dengan

ibu.

Juz 5 merupakan sandi tentang kehormatan (keistimewaan) bagi

kaum hawa, ia mendapat sebuah juz khusus yang pada surat lelaki

tidak ada. Namun, ada konsekuensi tersendiri bagi seorang wanita

juz 5, apabila ditinggal suami (Imran), seorang an-Nisaa harus dapat

berperan ganda, sebagai seorang ibu sekaligus bertindak sebagai

ayah bagi anak-anaknya.

Tinggalkan komentar