Karakter Diri Juz 18 ( Gemar Menolong, Tulus, Jeli Melihat Kesalahan, dan Banyak Pertimbangan )


Surah yang ke 18 adalah surah Al-Kahfi yang berarti Gua. Sebagaimana layaknya gua yang terdiri dari unsur batu, orang yang membawa karakter juz 18 mempunyai sifat keras. entah itu dalam berfikir, bertindak maupun menilai seseorang.

Selain itu lorong-lorong yang gelap dan licin membuatnya menjadi sosok yang misterius dan tertutup serta tidak mudah mengungkapkan ‘uneg-uneg’ dan kemauannya kepada orang lain. Jika seseorang masuk ke gua, harus siap dengan kejutan-kejutan yang akan terjadi. Begitu juga jika kita mencoba mengenal orang juz 18. Seringkali kita akan menemukan kejutan yang tidak pernah di duga sebelumnya. sampai-sampai kita tidak akan menyangka bahwa seorang juz 18 akan seperti yang kita duga sebelumnya.

Ada Tiga Surah yang mengisi juz 18. yang pertama adalah surah Al-Mu’minuun yang berarti orang-orang yang beriman. dalam Al-Quran ada beberapa nama surah yang lafalnya berbentuk mufrad ( tunggal ) dan Jama’ ( banyak ) masing-masing menjadi surah sendiri. Salah satunya adalah surah AL-Mu’min ( 40 ) yang merupakan bentuk tunggal artinya orang yang beriman dan surah Al-Mu’minuun (23), berbentuk jama’ yang berarti orang-orang yang beriman.

Penamaan surah Al-Quran yang mengambil satu kata menjadi surah yang berbeda dalam bentuk tunggal dan jama’ merupakan sebuah indikasi bahwa ada makna atau pesan yang hendak di sampaikan. berikut akan di ulas penjelasannya dalam konteks mengurai karakter manusia berdasarkan metode format, struktur  dan numerik Al-Quran.

Salah satu makna yang bisa di tangkap dari fenomena tersebut adalah penegasan, bisa dari sisi makna, bisa juga dari sisi kapasitas atau jumlah. Dari sisi kapasitas memang sudah bisa terlihat dari bentuk lafalnya, namun dari sisi makna, perlu sedikit kejelian untuk meraba dan akhirnya menemukannya.

Derajat tertinggi dalam spiritualitas islam adalah Mukmin. ingat, ketika Rasulullah Saw, di titahkan Allah Swt untuk menegur beberapa orang suku Badui yang mengatakan bahwa mereka telah beriman. Allah Swt menyangkalnya ( dengan Tujuan menjelaskan ) lewat lisan Rasul nya yang di abadikan dalam Al-Quran QS.AL-Hujurat ( 49 ) : ” orang-orang Arab badui itupun berkata” kami telah beriman, katakanlah ( Kepada mereka ) : ‘ Kalian belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk ( muslim )…

Dari potongan ayat di atas, bisa dipahami bahwa untuk mencapai derajat mukmin tidak semudah yang kita bayangkan. ada kriteria tertentu agar seseorang bisa mencapai derajat tersebut. salah satunya adalah lanjutan dari ayat di atas pada surah yang sama yaitu ayat 15, “Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada Allah Swt, dan Rasulnya, lalu mereka tidak ragu-ragu ( dengan keyakinannya ) dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, merekalah orang-orang yang benar “

Sebuah Kriteria yang ideal yang seharusnya ada dalam diri orang yang berjuz 18. Bukan berarti karakter juz  yang lain tidak perlu mengacu pada sifat-sifat yang terkandung dalam ayat di atas, tetapi orang yang membawa karakter juz 18 mempunyai peluang lebih banyak dengan eksistensi surah Al-Mu’minuun pada juz tersebut secara penuh dan tidak terbagi dengan juz yang lain.

Gambaran dari Al-Mu’minuun adalah orang yang berakal, artinya dia termasuk seseorang yang gemar berolah pikir, baginya segala sesuatu harus bisa di terima oleh akalnya, karena berhubungan dengan gua ( Al-Kahfi ) kadang kala cara berpikirnya susah di tebak, terlalu njelimet dan terkesan kaku.

Tidak jarang dia memaksakan pemikirannya kepada orang lain. Hubungannya dengan karakter orang yang berjuz 18, biasanya dia cenderung pendiamdan lebih banyak mengamati jika berada dalam lingkungan barunya, tetapi sebenarnya dalam dirinya tersimpan keinginan untuk menjadi pusat perhatian orang-orang di sekelilingnya.

Total ayat surah Al-Mukmin adalah 118, kalau kita menerapkan teori putaran surah yaitu dengan cara mengurangkan jumlah ayat surah Al-Mu’minun dengan jumlah surah Al-Quran, maka kita akan mendapatkan 118 – 114 = 4. selanjutnya angka 4 kita subsitusikan kedalam urutan surah Al-Quran. Surah yang ke 4 adalah An-Nisa ( Wanita ), umumnya orang yang berjuz 18 telaten dan rapi serta teliti dalam mengerjakan sesuatu. Dia juga mempunyai sifat yang manja, selain itu hal ini juga bisa menjadi kelemahan seorang juz 18, Dia mudah terpengaruh oleh wanita.

Surah yang kedua adalah An-Nuur ( Cahaya ) sesuai dengan fungsinya, cahaya berguna untuk menerangi tempat yang gelap, Dari sini bisa di ketahui bahwa orang yang membawa karakter juz 18 tidak banyak mengalami kendala untuk menyerap berbagai bentuk keilmuan kemudian mentransfernya kembali kepada orang lain.

Boleh di bilang kemampuan olah pikir atau intelektualitasnya tinggi. Tetapi perlu di ingat, jangkauan cahaya sangat terbatas dimana cahaya tidak bisa menembus sekat-sekat tertentu. Memang dalam hal menerangi orang lain dalam arti memberi nasehat atau masukan kepada orang lain dia lah ahlinya, namun justru terkadang dia mengalami kesulitan untuk menerangi dirinya sendiri.

Seorang juz 18 memiliki kelebihan dalam menyelami permasalahan orang lain, dengan kata lain dia orang yang tepat untuk tempat curhat setiap permasalahan. dia menjadi seseorang yang gemar menolong.

Surah yang ke-18 adalah surah Al Kahfi yang berarti gua. Sebagaimana layaknya gua yang terdiri dari unsur batu, orang yang membawa karakter juz 18 mempunyai maupun menilai seseorang.

Selain itu, lorong-lorong yang gelap dan licin membuatnya menjadi sosok yang misterius dan tertutup serta tidak mudah mengungkapkan uneg-uneg dan kemauannya kepada orang lain.

Jika seseorang masuk ke dalam gua, harus siap dengan kejutan-kejutan yang akan terjadi. Begitu juga bila kita mencoba mengenal orang juz 18. Sering kali kita akan menemukan kejutan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Sampai-sampai kita tidak akan menyangka bahwa seorang juz 18 akan seperti yang kita duga sebelumnya.

Ada tiga surah yang mengisi juz 18. Pertama adalah surah Al-Mukminun yang berarti orang-orang yang beriman. Dalam Al Qur’an, ada beberapa nama surah yang lafalnya berbentuk mufrad (tunggal) dan Jama’ (banyak) masing-masing menjadi surah tersendiri. Salah satunya adalah surah Al Mukmin (40) yang merupakan bentuk tunggal artinya orang yang beriman dan surah Al Mukminun (23), berbentuk jama’ yang berarti orang-orang yang beriman.

Nah, penamaan surah Al Qur’an yang mengambil satu kata menjadi surah yang berbeda dalam bentuk tunggal dan jama’ merupakan sebuah indikasi bahwa ada makna atau pesan yang hendak disampaikan.

Berikut akan diulas penjelasannya dalam konteks mengurai karakter manusia berdasarkan metode struktur Al Qur’an.

Salah satu makna yang bisa ditangkap dari fenomena tersebut adalah penegasan, bisa dan sisi makna, bisa juga dari sisi kapasitas atau jumlah. Dari sisi kapasitas memang sudah bisa terlihat dari bentuk lafalnya, namun dari sisi makna, perlu sedikit kejelian untuk meraba dan akhirnya menemukannya.

Derajat tertinggi dalam spiritualitas islam adalah mukmin. Ingat, ketika Rasulullah saw dititahkan Allah SWT untuk menegur beberapa orang suku badui (tinggal di pegunungan dan pelosok) yang mengatakan bahwa mereka telah beriman.

Allah SWT menyangkalnya (dengan tujuan menjelaskan) lewat lisan Rasul-Nya yang di-abadikan dalam Al Qur’an QS.AI Hujurat (49): “orang-orang Arab badui itupun berkata : “kami telah beriman “, katakanlah (kepada mereka): ” kalian belum beriman, tetapi kata-kanlah kami telah tunduk (muslim)…..”.

Dari potongan ayat di atas, bisa dipahami bahwa untuk mencapai derajat mukmin tidak semudah yang kita bayangkan. Ada kriteria tertentu agar seseorang bisa mencapai derajat tersebut.

Salah satunya adalah lanjutan dari ayat di atas pada surah yang sama yaitu ayat 15, “orang –orang yang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (dengan menjalani segala perintahNya dan menjauhi laranganNya), lalu mereka tidak ragu-ragu (dengan keyakinannya) dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, merekalah orang-orang yang benar.”

Sebuah kriteria yang ideal yang seharusnya ada dalam diri orang yang berjuz 18. Bukan berarti karakter juz yang lain tidak perlu mengacu pada sifat-sifat yang terkandung dalam ayat di atas, tetapi orang yang membawa karakter juz 18 mempunyai peluang yang lebih banyak dengan eksistensi surah Al Mu’minun pada juz tersebut secara penuh dan tidak terbagi dengan juz yang lain.

Gambaran dari Al Mu’minuun adalah orang yang berakal. Artinya, ia termasuk seseorang yang gemar berolah fikir.

Baginya, segala sesuatu harus bisa diterima oleh akalnya. Karena berhubungan dengan goa (Al Kahfi), kadang kala cara berfikirnya susah ditebak, terlalu “njlimet” dan terkesan kaku. Tidak jarang ia memaksakan pemikirannya kepada orang lain.

Hubungannya dengan karakter orang yang berjuz 18, biasanya ia cenderung pendiam dan lebih banyak mengamati jika berada dalam lingkungan barunya, tetapi sebenarnya dalam dirinya tersimpan keinginan untuk menjadi pusat perhatian orang-orang yang di sekelilingnya.

Total ayat surah Al Mukminun adalah 118. Kalau kita menerapkan teori putaran surah yaitu dengan cara mengurangkan jumlah ayat surah Al Mukminun dengan jumlah surah Al Qur’an, maka kita akan mendapatkan 118-114=4. Selanjutnya angka 4 kita subtitusikan ke dalam urutan surah Al Qur’an.

Surah yang ke 4 adalah An Nisa (wanita). Umumnya orang yang berjuz 18 telaten dan rapih serta teliti dalam mengerjakan sesuatu. ia juga mempunyai sifat yang manja. Selain itu, hal ini juga bisa menjadi kelemahan seorang juz 18. ia mudah terpengaruh oleh wanita.

Surah yang kedua adalah An Nuur (cahaya). Sesuai dengan fugsinya, cahaya berguna untuk menerangi tempat yang gelap. Dari sini bisa diketahui bahwa orang yang membawa karakter juz 18 tidak banyak mengalami kendala untuk menyerap berbagai bentuk keilmuan kemudian mentransfernya kembali kepada orang lain. Boleh dibilang, kemampuan olah pikir atau intelektualitasnya tinggi.

Tetapi yang perlu diingat, jangkauan cahaya sangat terbatas dimana cahaya tidak bisa menembus sekat-sekat tertentu. Memang, dalam hal menerangi orang lain dalam arti memberi nasehat atau masukan kepada orang lain ialah ahlinya, namun justru terkadang ia mengalami kesulitan untuk menerangi dirinya sendiri.

Seorang juz 18 meiliki kelebihan dalam menyelami permasalah orang lain. Dengan kata lain, ia orang yang tepat untuk tempat curhat setiap permasalahan. ia menjadi seseorang yang gemar menolong.

Keberadaan surah An Nur juga membuat orang yang berjuz 18 ingin selalu mencari penjelasan tentang sesuatu di balik kehidupan ini, terutama yang bisa didapatkan secara spiritual atau lakon tertentu.

Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorong agar keinginannya tersebut terakomodir dengan baik, jika tidak maka ia akan selalu merasa gelisah.

Namun jika keinginan di atas dapat tersalurkan dengan baik maka ia bisa menjadi seorang yang arif dan bijak dalam menyelesaikan persoalan lingkungannya.

Kalau saja kita rnau sedikit mengamati cahaya lilin atau lampu, maka kita akan menyaksikan bahwa area yang terdekat dengan cahaya tersebut yaitu ruang yang lurus sejajar dengannya tidak ikut terterangi oleh cahayanya. Begitulah kira-kira gambaran non psikis yang sering dialami oleh orang yang berjuz 18. Ia tidak bisa melihat kesalahan atau kelemahan yang ada pada dirinya.

Jumlah ayat dari surah An Nur adalah 64 Kalau kita subtitusikan kembali angka tersebut ke dalam urutan surah Al Qur’an.

Maka kita akan mendapatkan surah At-Taghaabun, yang berarti hari ditampakkan kesalahan-kesalahan.

Lazimnya, orang yang membawa karakter 18, jika ada orang yang berbuat salah depannya atau bahkan menyakitinya, ia akan bersikap “mencatat” atau “niteni” dalar bahasa jawanya.

Ketika tiba saatnya nanti, ia akan mengeluarkan semua catatannya tersebut sebagai senjata untuk melumpuhkan rivalnya, oleh karena itu jangan coba untuk membuat kesalahan yang sama dua kali di depannya. Sisi lain, ia sangat jeli melihat kesalahan oran lain.

Surah yang terakhir pada juz 18 adalah surah Al Furqan yang berarti pembeda. Hal itu merupakan pertanda bahwa orang yang berjuz 18 mempunyai keahlian untuk menjadi seorang penengah atau negosiator.

Ini terlepas dari pengaruh kombinasi yang cantik antara surah An Nur dengan Al Furqan.

Entah mengapa, ia merasa tidak betah denga keadaan yang kisruh dan tidak kondusif secara naluriah ia akan berusaha memberikan sumbangsih pemikiran atau apapun untuk menetralisir keadaan tersebut.

Dari Surah Al Furqan pula, ia adalah sosok yang normatif, karena ayat Al Furgan yang berada di juz 18 berjumlah 20 ayat. ‘Ain 20 dimaknai sebagai aturan main, sehingga dalam memecahkan permasalahan yang terlihat adalah hitam dan putih, benar dan salah. Wajar, jika kesan kaku melekat padanya.

Sisi yang lain dari unsur Al Furqan yang mewarnai karakter juz 18 adalah pada sifatnya yang terlalu banyak pertimbangan sehingga terkadang lambat dalam mengambil keputusan, keraguan dalam bertindak seringkali melingkupinya,

Berdasarkan Tanda ‘Ain

Berikut putaran ‘ain dan angka di dalamnya ;

Ain 1

Angkanya adalah 1, 22 (target), 1. Dari kombinasi ketiga angka tersebut bisa diketahui bahwa orang yang membawa karakter juz 18 malas untuk berpikir jika tidak ada tujuannnya atau target tertentu yang bisa memberikan masukan positif buatnya.

Seperti sudah disinggung di atas, ia adalah orang yang banyak pertimbangan dalam menyelesaikan atau membuat keputusan, sehingga terkesan lamban. Karena ‘ain 1 masih berhubungan dengan ‘ain 18 yang berarti pertimbangan.

Selain itu, ain 35 juga berkaitan dengan ain 1, yang berarti ia akan lebih bersikap jaim (jaga image) dan menahan diri jika berada pada lingkungan yang belum dikenalnya dengan akrab.

‘Ain 2

Angkanya adalah 2, 10 (perut), 2. Dari gabungan angka tersebut bisa disimpulkan bahwa orang yang berjuz 18 tergolong jell dalam melihat berbagai persolaan. ia juga mempunyai bakat untuk menganalisis sesuatu yang bermuara pada ditemukannya jalan keluar Cain 19). ia bisa menyikapi permasalahan dengan tenang karena keyakinannya akan hukum causalitas atau sebab akibat Cain 36)

‘Ain 3

Angkanya adalah 3, 18 (pertimbangan, kesehatan), 3. Terlihat jelas, bahwa orang yang berjuz 18 memang penuh pertimbangan dengan terulangnya angka 18 di beberapa titik `ain. Sisi lainnya THT juga bisa menjadi kelebihannya dengan perkataanya yang mudah diterima dan dipercaya orang lain.

Tetapi hal itu juga bisa menjadi kekurangan baginya. ia merasa kesulitan mengungkapkan keinginannya. Secara fisik, ia mudah terkena gangguan penyakit yang berhubungan dengan organ THT.

Pertimbangannya selalu didasarkan pada aturan main atau norma yang berlaku di lingkungannya Cain 20) dan merupakan penerapan dari hasil analisannya terhadap permasalahan yang ia hadapi (ain 37).

‘Ain 4

Angkanya adalah 4, 27 (usaha), 4. Biasanya ia selalu merencanakan segala sesuatu sebelum ia melaksanakannya. Jika ia anggap masih terdapat kekurangan, maka ia akan memikirkannya kembali (‘ain 21) dengan memasukkan dan mengambil peluangpeluang untuk pengembangan ke dapan secara lebih baik (ain 38)

‘Ain 5

Angkanya adalah 5 (tangan, penanganan), 5, 5.Orang yang berjuz 18 cenderung tidak suka banyak bicara. Baginya yang penting bekerja dulu. Bahkan untuk menyebut sifatnya yang satu ini, boleh dikatakan “pukul dulu, urusan belakangan”.

ia juga terbiasa bekerja dengan sistem target, tak jarang karena terlalu asiknya “mengejar target” ia melupakan yang lain Cain 22). Hal itu ia lakukan jika apa yang ia kerjakan sesuai dengan minat atau keinginannya atau setidaknya ia menyukai pekerjaan tersebut (ain 39).

‘Ain 6

Angkanya adalah 6 (syaraf, hukum), 26 (waktu, potensi), 6. Orang yang berjuz 18 memang sosok yang normative terutama dalam masalah waktu. ia terkadang merasa seolaholah waktu selalu mengejarnya sehingga

dalam mengerjakan sesuatu terkesan tergopoh-gopoh dan terburu-buru.

Tetapi dalam keadaan tertentu (jika hatinya merasa gundah dan tidak. enak) ia adalah orang yang tidak menghargai waktu, dalam arti ia bisa bersikap semaunya seakan-akan minta perhatian.

Tak jarang dalam meng-ungkapkan apa yang menjadi keinginannya, ia melakukan sesuatu yang spektakuler untuk menarik perhatian orang-orang di seke-lilingnya (‘ain 23).

Berdasarkan Halaman

Taktis

Taktis bisa dipahami dengan menjumlahkan ayat yang terdapat pada halaman 1 sampai 6 pada juz 18. Total ayatnya adalah 112 yang merujuk pada surah Al Ikhlas.

Orang yang membawa karakter juz 18 tulus dam tidak perhitungan dalam membantu sesama, bahkan tak jarang karena ketulusannya, ia dimanfaatkan orang lain. Namun yang tidak boleh dilupakan, justru inilah ujian bagi seorang juz 18. Keikhlasan.

Negatif/positif

Negatif/positif bisa didapatkan dengan menjumlahkan ayat yang terdapat pad halaman selanjutnya yaitu 7 sampai 13, berjumlah 65 ayat. Kalau kita subtitusikan pada urutan surah Al Qur’an maka kita akan mendapatkan surah At Talaq. Ketegasan orang yang berjuz 18 terlihat di sini.

Kolaborasi antara surah Al Kahfi (18), Al Furcian ( 25), dan At Talaq (65) menunjukkan campaur baurnya antara ketegasan (yang didasari oleh kearifan (al Mukminun) dan keras (yang didasari oleh emosi dan idealisme yang terlal tinggi). Tetapi ada sebuah surah yang berfungsi sebagai penetralisir yaitu An Nur.

Baginya, apa yang terlihat salah dimatanya, selamanya akan tetap salah. ia tidak perduli bila sebenarnya orang tersebut benar. Begitu juga sebaliknya. Bila surah ini yang dominan dalam diri juz 18, ia bisa menjadi seorang diktaktor tulen.

Jalan Keluar

Dengan menjumlahkan ayat yang terdapat pada halaman 14 dan 15 maka kita akan mendapatkan jalan keluar juz 18. Total ayatnya adalah 13 yaitu surah Ar Ra’du.

Ketika emosi dan ambisi orang membawa karakter juz 18 memuncak, maka bagaikan kilat dan petir yang menyambar kesana kemari, tak seorangpun bisa menghadapinya.

Surah ini juga bisa membuat orang yang berjuz 18 mempunyai kemauan yang keras untuk mewujudkan keinginannya.

Petir terjadi karena bertemunya energi positif dan negatif. Artinya, seorang juz 18 memiliki kegemaran berdiskusi sampai tingkat perdebatan.

Karena surah ini sebagai jalan keluar, maka bila seorang juz 18 memiliki masalah, hendaklah didiskusikan, bukan dipendam.

Dasar

Dan halaman yang terakhir, yaitu 16, kita bisa memahami dasar dari juz 18. Jumlah ayatnya adalah 12 yang kalau kita korelasikan ke dalam urutan surah adalah surah Yusuf. Yusuf adalah simbol kepolosan.

Begitu juga dengan orang yang berjuz 18, apa yang ia bicarakan dan lakukan adalah apa

adanya dan tidak dibuat-buat. Namun yang menjadi masalah adalah tempat dan waktu yang kadang tidak tepat untuk menunjukkan kepolosannya tersebut yang berakibat ia mudah ditipu.

Surah Yusuf juga merupakan simbol udara atau atmosfir. Wajar jika orang yang berjuz 18 mudah sekali bergaul dan membentuk dirinya sesuai tempat ia berada.

Kelemahan Fisik

Kelemahan fisik orang yang membawa karakter juz 18 terletak pada organ kepala, darah dan jantung. Selain itu juga pada hati atau lever dan mata.

Bagian tubuh yang lain yang rentan terkena gangguan kesehatan adalah bagian pantat dan paha kaki kanan.

Syahroni Noor_21

19 Balasan ke Karakter Diri Juz 18 ( Gemar Menolong, Tulus, Jeli Melihat Kesalahan, dan Banyak Pertimbangan )

  1. Tahyudin berkata:

    pak saya pengen tau karakter juz 18?

  2. Turiman Fachturahman Nur berkata:

    Surah yang ke-18 adalah surah Al Kahfi yang berarti gua. Sebagaimana layaknya gua yang terdiri dari unsur batu, orang yang membawa karakter juz 18 mempunyai maupun menilai seseorang.

    Selain itu, lorong-lorong yang gelap dan licin membuatnya menjadi sosok yang misterius dan tertutup serta tidak mudah mengungkapkan uneg-uneg dan kemauannya kepada orang lain.

    Jika seseorang masuk ke dalam gua, harus siap dengan kejutan-kejutan yang akan terjadi. Begitu juga bila kita mencoba mengenal orang juz 18. Sering kali kita akan menemukan kejutan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Sampai-sampai kita tidak akan menyangka bahwa seorang juz 18 akan seperti yang kita duga sebelumnya.

    Ada tiga surah yang mengisi juz 18. Pertama adalah surah Al-Mukminun yang berarti orang-orang yang beriman. Dalam Al Qur’an, ada beberapa nama surah yang lafalnya berbentuk mufrad (tunggal) dan Jama’ (banyak) masing-masing menjadi surah tersendiri. Salah satunya adalah surah Al Mukmin (40) yang merupakan bentuk tunggal artinya orang yang beriman dan surah Al Mukminun (23), berbentuk jama’ yang berarti orang-orang yang beriman.

    Nah, penamaan surah Al Qur’an yang mengambil satu kata menjadi surah yang berbeda dalam bentuk tunggal dan jama’ merupakan sebuah indikasi bahwa ada makna atau pesan yang hendak disampaikan.

    Berikut akan diulas penjelasannya dalam konteks mengurai karakter manusia berdasarkan metode struktur Al Qur’an.

    Salah satu makna yang bisa ditangkap dari fenomena tersebut adalah penegasan, bisa dan sisi makna, bisa juga dari sisi kapasitas atau jumlah. Dari sisi kapasitas memang sudah bisa terlihat dari bentuk lafalnya, namun dari sisi makna, perlu sedikit kejelian untuk meraba dan akhirnya menemukannya.

    Derajat tertinggi dalam spiritualitas islam adalah mukmin. Ingat, ketika Rasulullah saw dititahkan Allah SWT untuk menegur beberapa orang suku badui (tinggal di pegunungan dan pelosok) yang mengatakan bahwa mereka telah beriman.

    Allah SWT menyangkalnya (dengan tujuan menjelaskan) lewat lisan Rasul-Nya yang di-abadikan dalam Al Qur’an QS.AI Hujurat (49): “orang-orang Arab badui itupun berkata : “kami telah beriman “, katakanlah (kepada mereka): ” kalian belum beriman, tetapi kata-kanlah kami telah tunduk (muslim)…..”.

    Dari potongan ayat di atas, bisa dipahami bahwa untuk mencapai derajat mukmin tidak semudah yang kita bayangkan. Ada kriteria tertentu agar seseorang bisa mencapai derajat tersebut.

    Salah satunya adalah lanjutan dari ayat di atas pada surah yang sama yaitu ayat 15, “orang –orang yang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (dengan menjalani segala perintahNya dan menjauhi laranganNya), lalu mereka tidak ragu-ragu (dengan keyakinannya) dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, merekalah orang-orang yang benar.”

    Sebuah kriteria yang ideal yang seharusnya ada dalam diri orang yang berjuz 18. Bukan berarti karakter juz yang lain tidak perlu mengacu pada sifat-sifat yang terkandung dalam ayat di atas, tetapi orang yang membawa karakter juz 18 mempunyai peluang yang lebih banyak dengan eksistensi surah Al Mu’minun pada juz tersebut secara penuh dan tidak terbagi dengan juz yang lain.

    Gambaran dari Al Mu’minuun adalah orang yang berakal. Artinya, ia termasuk seseorang yang gemar berolah fikir.

    Baginya, segala sesuatu harus bisa diterima oleh akalnya. Karena berhubungan dengan goa (Al Kahfi), kadang kala cara berfikirnya susah ditebak, terlalu “njlimet” dan terkesan kaku. Tidak jarang ia memaksakan pemikirannya kepada orang lain.

    Hubungannya dengan karakter orang yang berjuz 18, biasanya ia cenderung pendiam dan lebih banyak mengamati jika berada dalam lingkungan barunya, tetapi sebenarnya dalam dirinya tersimpan keinginan untuk menjadi pusat perhatian orang-orang yang di sekelilingnya.

    Total ayat surah Al Mukminun adalah 118. Kalau kita menerapkan teori putaran surah yaitu dengan cara mengurangkan jumlah ayat surah Al Mukminun dengan jumlah surah Al Qur’an, maka kita akan mendapatkan 118-114=4. Selanjutnya angka 4 kita subtitusikan ke dalam urutan surah Al Qur’an.

    Surah yang ke 4 adalah An Nisa (wanita). Umumnya orang yang berjuz 18 telaten dan rapih serta teliti dalam mengerjakan sesuatu. ia juga mempunyai sifat yang manja. Selain itu, hal ini juga bisa menjadi kelemahan seorang juz 18. ia mudah terpengaruh oleh wanita.

    Surah yang kedua adalah An Nuur (cahaya). Sesuai dengan fugsinya, cahaya berguna untuk menerangi tempat yang gelap. Dari sini bisa diketahui bahwa orang yang membawa karakter juz 18 tidak banyak mengalami kendala untuk menyerap berbagai bentuk keilmuan kemudian mentransfernya kembali kepada orang lain. Boleh dibilang, kemampuan olah pikir atau intelektualitasnya tinggi.

    Tetapi yang perlu diingat, jangkauan cahaya sangat terbatas dimana cahaya tidak bisa menembus sekat-sekat tertentu. Memang, dalam hal menerangi orang lain dalam arti memberi nasehat atau masukan kepada orang lain ialah ahlinya, namun justru terkadang ia mengalami kesulitan untuk menerangi dirinya sendiri.

    Seorang juz 18 meiliki kelebihan dalam menyelami permasalah orang lain. Dengan kata lain, ia orang yang tepat untuk tempat curhat setiap permasalahan. ia menjadi seseorang yang gemar menolong.

    Keberadaan surah An Nur juga membuat orang yang berjuz 18 ingin selalu mencari penjelasan tentang sesuatu di balik kehidupan ini, terutama yang bisa didapatkan secara spiritual atau lakon tertentu.

    Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorong agar keinginannya tersebut terakomodir dengan baik, jika tidak maka ia akan selalu merasa gelisah.

    Namun jika keinginan di atas dapat tersalurkan dengan baik maka ia bisa menjadi seorang yang arif dan bijak dalam menyelesaikan persoalan lingkungannya.

    Kalau saja kita rnau sedikit mengamati cahaya lilin atau lampu, maka kita akan menyaksikan bahwa area yang terdekat dengan cahaya tersebut yaitu ruang yang lurus sejajar dengannya tidak ikut terterangi oleh cahayanya. Begitulah kira-kira gambaran non psikis yang sering dialami oleh orang yang berjuz 18. Ia tidak bisa melihat kesalahan atau kelemahan yang ada pada dirinya.

    Jumlah ayat dari surah An Nur adalah 64 Kalau kita subtitusikan kembali angka tersebut ke dalam urutan surah Al Qur’an.

    Maka kita akan mendapatkan surah At-Taghaabun, yang berarti hari ditampakkan kesalahan-kesalahan.

    Lazimnya, orang yang membawa karakter 18, jika ada orang yang berbuat salah depannya atau bahkan menyakitinya, ia akan bersikap “mencatat” atau “niteni” dalar bahasa jawanya.

    Ketika tiba saatnya nanti, ia akan mengeluarkan semua catatannya tersebut sebagai senjata untuk melumpuhkan rivalnya, oleh karena itu jangan coba untuk membuat kesalahan yang sama dua kali di depannya. Sisi lain, ia sangat jeli melihat kesalahan oran lain.

    Surah yang terakhir pada juz 18 adalah surah Al Furqan yang berarti pembeda. Hal itu merupakan pertanda bahwa orang yang berjuz 18 mempunyai keahlian untuk menjadi seorang penengah atau negosiator.

    Ini terlepas dari pengaruh kombinasi yang cantik antara surah An Nur dengan Al Furqan.

    Entah mengapa, ia merasa tidak betah denga keadaan yang kisruh dan tidak kondusif secara naluriah ia akan berusaha memberikan sumbangsih pemikiran atau apapun untuk menetralisir keadaan tersebut.

    Dari Surah Al Furqan pula, ia adalah sosok yang normatif, karena ayat Al Furgan yang berada di juz 18 berjumlah 20 ayat. ‘Ain 20 dimaknai sebagai aturan main, sehingga dalam memecahkan permasalahan yang terlihat adalah hitam dan putih, benar dan salah. Wajar, jika kesan kaku melekat padanya.

    Sisi yang lain dari unsur Al Furqan yang mewarnai karakter juz 18 adalah pada sifatnya yang terlalu banyak pertimbangan sehingga terkadang lambat dalam mengambil keputusan, keraguan dalam bertindak seringkali melingkupinya,

    Berdasarkan Tanda ‘Ain

    Berikut putaran ‘ain dan angka di dalamnya ;

    Ain 1

    Angkanya adalah 1, 22 (target), 1. Dari kombinasi ketiga angka tersebut bisa diketahui bahwa orang yang membawa karakter juz 18 malas untuk berpikir jika tidak ada tujuannnya atau target tertentu yang bisa memberikan masukan positif buatnya.

    Seperti sudah disinggung di atas, ia adalah orang yang banyak pertimbangan dalam menyelesaikan atau membuat keputusan, sehingga terkesan lamban. Karena ‘ain 1 masih berhubungan dengan ‘ain 18 yang berarti pertimbangan.

    Selain itu, ain 35 juga berkaitan dengan ain 1, yang berarti ia akan lebih bersikap jaim (jaga image) dan menahan diri jika berada pada lingkungan yang belum dikenalnya dengan akrab.

    ‘Ain 2

    Angkanya adalah 2, 10 (perut), 2. Dari gabungan angka tersebut bisa disimpulkan bahwa orang yang berjuz 18 tergolong jell dalam melihat berbagai persolaan. ia juga mempunyai bakat untuk menganalisis sesuatu yang bermuara pada ditemukannya jalan keluar Cain 19). ia bisa menyikapi permasalahan dengan tenang karena keyakinannya akan hukum causalitas atau sebab akibat Cain 36)

    ‘Ain 3

    Angkanya adalah 3, 18 (pertimbangan, kesehatan), 3. Terlihat jelas, bahwa orang yang berjuz 18 memang penuh pertimbangan dengan terulangnya angka 18 di beberapa titik `ain. Sisi lainnya THT juga bisa menjadi kelebihannya dengan perkataanya yang mudah diterima dan dipercaya orang lain.

    Tetapi hal itu juga bisa menjadi kekurangan baginya. ia merasa kesulitan mengungkapkan keinginannya. Secara fisik, ia mudah terkena gangguan penyakit yang berhubungan dengan organ THT.

    Pertimbangannya selalu didasarkan pada aturan main atau norma yang berlaku di lingkungannya Cain 20) dan merupakan penerapan dari hasil analisannya terhadap permasalahan yang ia hadapi (ain 37).

    ‘Ain 4

    Angkanya adalah 4, 27 (usaha), 4. Biasanya ia selalu merencanakan segala sesuatu sebelum ia melaksanakannya. Jika ia anggap masih terdapat kekurangan, maka ia akan memikirkannya kembali (‘ain 21) dengan memasukkan dan mengambil peluangpeluang untuk pengembangan ke dapan secara lebih baik (ain 38)

    ‘Ain 5

    Angkanya adalah 5 (tangan, penanganan), 5, 5.Orang yang berjuz 18 cenderung tidak suka banyak bicara. Baginya yang penting bekerja dulu. Bahkan untuk menyebut sifatnya yang satu ini, boleh dikatakan “pukul dulu, urusan belakangan”.

    ia juga terbiasa bekerja dengan sistem target, tak jarang karena terlalu asiknya “mengejar target” ia melupakan yang lain Cain 22). Hal itu ia lakukan jika apa yang ia kerjakan sesuai dengan minat atau keinginannya atau setidaknya ia menyukai pekerjaan tersebut (ain 39).

    ‘Ain 6

    Angkanya adalah 6 (syaraf, hukum), 26 (waktu, potensi), 6. Orang yang berjuz 18 memang sosok yang normative terutama dalam masalah waktu. ia terkadang merasa seolaholah waktu selalu mengejarnya sehingga

    dalam mengerjakan sesuatu terkesan tergopoh-gopoh dan terburu-buru.

    Tetapi dalam keadaan tertentu (jika hatinya merasa gundah dan tidak. enak) ia adalah orang yang tidak menghargai waktu, dalam arti ia bisa bersikap semaunya seakan-akan minta perhatian.

    Tak jarang dalam meng-ungkapkan apa yang menjadi keinginannya, ia melakukan sesuatu yang spektakuler untuk menarik perhatian orang-orang di seke-lilingnya (‘ain 23).

    Berdasarkan Halaman

    Taktis

    Taktis bisa dipahami dengan menjumlahkan ayat yang terdapat pada halaman 1 sampai 6 pada juz 18. Total ayatnya adalah 112 yang merujuk pada surah Al Ikhlas.

    Orang yang membawa karakter juz 18 tulus dam tidak perhitungan dalam membantu sesama, bahkan tak jarang karena ketulusannya, ia dimanfaatkan orang lain. Namun yang tidak boleh dilupakan, justru inilah ujian bagi seorang juz 18. Keikhlasan.

    Negatif/positif

    Negatif/positif bisa didapatkan dengan menjumlahkan ayat yang terdapat pad halaman selanjutnya yaitu 7 sampai 13, berjumlah 65 ayat. Kalau kita subtitusikan pada urutan surah Al Qur’an maka kita akan mendapatkan surah At Talaq. Ketegasan orang yang berjuz 18 terlihat di sini.

    Kolaborasi antara surah Al Kahfi (18), Al Furcian ( 25), dan At Talaq (65) menunjukkan campaur baurnya antara ketegasan (yang didasari oleh kearifan (al Mukminun) dan keras (yang didasari oleh emosi dan idealisme yang terlal tinggi). Tetapi ada sebuah surah yang berfungsi sebagai penetralisir yaitu An Nur.

    Baginya, apa yang terlihat salah dimatanya, selamanya akan tetap salah. ia tidak perduli bila sebenarnya orang tersebut benar. Begitu juga sebaliknya. Bila surah ini yang dominan dalam diri juz 18, ia bisa menjadi seorang diktaktor tulen.

    Jalan Keluar

    Dengan menjumlahkan ayat yang terdapat pada halaman 14 dan 15 maka kita akan mendapatkan jalan keluar juz 18. Total ayatnya adalah 13 yaitu surah Ar Ra’du.

    Ketika emosi dan ambisi orang membawa karakter juz 18 memuncak, maka bagaikan kilat dan petir yang menyambar kesana kemari, tak seorangpun bisa menghadapinya.

    Surah ini juga bisa membuat orang yang berjuz 18 mempunyai kemauan yang keras untuk mewujudkan keinginannya.

    Petir terjadi karena bertemunya energi positif dan negatif. Artinya, seorang juz 18 memiliki kegemaran berdiskusi sampai tingkat perdebatan.

    Karena surah ini sebagai jalan keluar, maka bila seorang juz 18 memiliki masalah, hendaklah didiskusikan, bukan dipendam.

    Dasar

    Dan halaman yang terakhir, yaitu 16, kita bisa memahami dasar dari juz 18. Jumlah ayatnya adalah 12 yang kalau kita korelasikan ke dalam urutan surah adalah surah Yusuf. Yusuf adalah simbol kepolosan.

    Begitu juga dengan orang yang berjuz 18, apa yang ia bicarakan dan lakukan adalah apa

    adanya dan tidak dibuat-buat. Namun yang menjadi masalah adalah tempat dan waktu yang kadang tidak tepat untuk menunjukkan kepolosannya tersebut yang berakibat ia mudah ditipu.

    Surah Yusuf juga merupakan simbol udara atau atmosfir. Wajar jika orang yang berjuz 18 mudah sekali bergaul dan membentuk dirinya sesuai tempat ia berada.

    Kelemahan Fisik

    Kelemahan fisik orang yang membawa karakter juz 18 terletak pada organ kepala, darah dan jantung. Selain itu juga pada hati atau lever dan mata.

    Bagian tubuh yang lain yang rentan terkena gangguan kesehatan adalah bagian pantat dan paha kaki kanan.

  3. nurhayati amin berkata:

    assalamualaikum ustaz,
    1.pada pandangan ustaz, adakah akidah kita tdk akan terpesong dgn mempercayai berkenaan sesuatu nombor untuk kebaikan diri kita. sedangkan ALLAH hanya mahu kita membaca AL Quran tanpa menyatakan juz mana untuk setiap manusia.

    2. jika saya tau saya adalah juz 18, bolehkah saya hanya membaca dari Al Quran biasa yakni 15 baris?

    3. Pada pandangan saya, andai kita beriman, dengan Surah Al Fatihah sahaja dapat membawa keberkatan didlm hidup andai diamalkan dgn istiqamah. Apa pula pandangan Ustaz?

    4. Saya ingin sekali menyertakan diri untuk membaca Juz seperti yg diterangkan tetapi bimbang terpesongnya akidah. Bolehkan Ustaz berikan mana mana Hadis RaulALLAH SAW atau Firman ALLAH SWT tentang hal ini.

    Maafkan saya Ustaz atas kemuskilan ini. Mohon penjelasan Ustaz. Terima Kasih, Wassalam

    • darulqohar berkata:

      Wa’alaikum salam Wr.Wb.
      Terima kasih atas pertanyaan nya Ibu…
      Pertama kita setuju tidak kalau AL-QURAN itu Huuda/petunjuk bagi umat manusia di muka bumi ini? jika Al-Quran itu telah menjadi pedoman hidup dan petunjuk bagi kita umat manusia, sumber dari berbagai sumber ilmu, terus di mana letaknya jika kita yang telah di beri kelebihan berupa akal pikiran dapat mencari segala sesuatu yang akan kita jadikan petunjuk/pedoman hidup kita pada saat kita ingin menjadikan Al-Quran itu sebagai As-Syiffa/Obat saat kita mendapat ujian di beri sakit/penyakit, lalu pada saat kita menginginkan sesuatu dalam rangka saya ingin mengenal diri saya guna bisa mengenal Allah lebih dekat?..dan masih banyak lagi hal-hal yang sangat kita butuhkan dalam mengarungi kehidupan ini dengan berbagai macam problematika hidup..kenapa kita percaya saja waktu kita sakit berobat ke dokter dan di beri obat lalu kita minum obat tsb?, karena dokter telah mempelajari keilmuan kedokteran jadi dia bisa membantu orang yang sakit dengan ” obat-obatnya ” spt itulah mungkin kurang lebihnya, terus dari mana sumber ilmu kedokteran itu berasal? AL-QURAN pastinya ( karena sumber dari berbagai sumber ilmu ) dokter mengobati secara “kauniyah:” dan kami bisa mengobati secara “kauliyah’ orang yang sakit dengan membaca AL-QURAN…
      Ibarat majalah di kehidupan ini, pada saat kita ingin membaca tentang masak memasak masa kita membuka halaman tentang Olahraga? nyambung gak….nah ilustrasi tadi sama dengan AL-Quran, kita membutuhkan apapun untuk kebutuhan kita, baik untuk obat/syiffa maupun yang lainnya kita tinggal mengambil halaman Al-Quran sesuai dengan kebutuhan kita..semua pola bacaan yang kita buat dan apapun itu ada penjelasannya/ilmunya jadi tidak sekedar tulis/ambil saja dari ayat-ayat Al-Quran, karena semua “racikan” itu harus tepat dosis dan peruntukannya, jangan sampai obat perut di beri kepada orang yang sakit kepala tidak nyambung donk….
      Perkembangan kelimuan Al-Quran itu akan terus berkembang sampai kapanpun dalam rangka mempermudah umat manusia dalam memahami Al-Quran, apa jaman nabi ada pelajaran Tajwid? tidak ada khan, baru pada jaman khalifah setelah 4 sahabat nabi wafaat ada keilmuan tentang tajwid, semua dalam rangka mempermudah umat muslim dalam membaca Al-Quran, karena umat muslim bukan hanya dari golongan orang arab saja..terus dan terus keilmuan terus berkembang hingga saat ini, dan sekarang kami membagikan keilmuan ini karena kajian dari sisi numerik Al-Quran itu belum ada ini untuk memperkuat kajian-kajian yang selama ini ada dari sisi Verbal saja ( tafsir dll ) karena dari sisi verbal saja banyak sekali perbedaan sudut pandang dalam satu permasalahan di dalam keilmuan islam, kami mencoba melengkapi dengan keilmuan dari sisi numerik, karena dari sisi numerik jelas jika 2 + 2 = 4, jadi jika ada hadist yang berbeda dalam pandangan masing-masing mahzab, maka kami akan berusaha mencari dari sisi numerik mana hadist yang benar, mana yang lemah dan mana yang palsu….
      mengetahui Juz diri kita merupakan salah satu dari sekian banyak dari keilmuan kami. nah mengetahui Juz diri kita adalah Proses untuk ” KENAL DIRI DALAM RANGKA UNTUK MENGENAL ALLAH ” orang yang sudah kenal diri insyAllah akan jauh lebih mudah menjalankan apa yang di perintahkan dan apa yang di larang ALLAH SWT, ” siapa yang kenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya “…
      Mencari Al-Quran yang terpelihara adalah tugas pokok kita sebagai umat muslim, nah itu lah dasar kami mengapa kami memakai Al-Quran Format 18 baris sebagai dasar kajian keilmuan ini ( itu pun masih banyak beredar Al-QURAN format 18 baris yang ada perbedaan di beberapa hal pokok ) dan jika ada yang bisa menggali keilmuan ini dengan Al-Quran Format 15 baris, maka insyAllah kami pun akan belajar kepada yang menemukan keilmuan tersebut, kami bukan sekte/aliran, tidak ada dam tidak ada ba’iat, kami adalah orang muslim penggali keilmuan dari Al-Quran sumber nya lansung…
      kembali lagi kepada fitrahnya manusia yang di beri akal pikiran, makanya manusi sangat di muliakan dan di manjakan oleh ALLAH SWT, dengan akal pikirannya manusia bisa menggali hal-hal yang terpendam di dalam AL-QURAN itu sendiri, karena memang AL-Quran di turunkan ke bumi untuk MANUSIA…di Indonesia setiap ada tahlilan orang wafat baca yasiin, ada anak lahiran tahlil baca yasiin, ada naik pangkat mengadakan syukuran yasinan juga, jadi semua hal di baca surah yassin, terus surah-surah yang lain ( yg 113 surah ) kapan di pakainya?, semua permasalahan hidup/penyakit/permintaan dll masa cukup di jawab dengan surah yasiin atau surah Al-Fatihah saja misalnya, lah terus fungsi surah-surah yang lain buat apa? kita berarti hanya memandang sebelah mata saja dong, jika yang surah-surah yang lain tidak/jarang kita gunakan untuk petunjuk kita..sekarang seperti itu yang kami perhatikan fenomena di masyarakat muslim khususnya Indonesia yg terjadi..semua hal terjawab dengan Yasiinan saja ( berarti seperti orang bermata satu donk, jika kita memandang Al-Quran dengan sebelah mata saja, yang lain di abaikan ) nanti di akhir jaman akan turun Dazal, dengan ciri bermata satu? apakah yg turun pasti sosok dalam hadist tadi? kami rasa itu hanya simbol, bahwasanya sekarang memang sudah terjadi orang-orang yang bermata satu, karena hanya melihat satu surah saja dan jarang/mengabaikan 113 surah yang lain nya. coba renungkan…DAZAL terdiri dari huruf Dzal = 8, huruf Zay = 11, dan Lam = 23 , Total dari uraian tersebut adalah 42, Yasiin jika di urai terdiri dari Huruf Yaa = 30 dan Syiin = 12, jika di total adalah 42 juga, ( urutan huruf di mulai dari Alif = 1, ba = 2 dst ) ini cara kami mengkaji sesuatu fenomena di kehidupan ini dengan kajian dari sisi numerik, Nilai 42 jika kita kolerasikan di Al-Quran adalah surat ke 42 yaitu As-Syuara ( Musyawarah ), jadi konsep Yasiin itu konsep berkumpul/musyawarah, dan masih banyak lagi jika mengurai tentang Keilmuan ini….

      Sekedar urun rembug
      Kata AL JUZ terdiri dari huruf-huruf dan jika huruf-huruf itu kita urutkan struktur hurufnya berdasarkan struktur Al-Qur’an adalah Alif Lam adalah huruf ke 31, huruf Jim adalah huruf ke 5, huruf Ra adalah huruf ke 11 dan huruf Hamzah adalah huruf ke 29, jika kita tambahkan atau dijumlahkan struktur angka tersebut, yaitu 31 + 5 + 11 + 29 = 76. Apabila bilangan 76 ini dimunasabahkan/dikorelasikan ke dalam struktur surah dalam Al-Qur’an, maka surah ke 76 adalah bernama Al Insan/Al Dahri, artinya Manusia. Pertanyaannya manusia yang bagaimanakah ? yaitu manusia yang mengenal diri, sadar diri dan mememukan fitrah dirinya serta paham tentang asal kejadiannya. Coba renungkan surah ke 76 Ayat 1 s/d 4 : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadi dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang- orang kafir rantai belenggu dan neraka yang menyala-nyala (QS Al Insan (76) Ayat 1-4).
      Dengan demikian struktur kata AL JUZ ketika diterjemahkan kedalam bahasa angka adalah 76 dan ketika angka 76 dihubungkan ke struktur surah dalam struktur Al-Qur’an, maka surah ke 76 bernama Al Insan/Al Dahri artinya Manusia dan surah ini pokok-pokok isinya berbicara tentang penciptaan manusia, petunjuk-petunjuk untuk mencapai kehidupan yang sempurna dengan menempuh jalan yang lurus, memenuhi nazar, memberi makan orang miskin dan anak yatim serta orang yang ditawan karena Allah : takut kepada hari kiamat, mengerjakan sholat tahajud dan bersabar dalam menjalankan hukum Allah, ganjaran terhadap orang yang mengikuti petunjuk dan ancaman terhadap orang yang mengikarinya.

      Eksplorasi Struktur Huruf dari Kata JUZ
      Kata JUZ terdiri dari huruf-huruf Jim adalah huruf ke 5, huruf Ra adalah huruf ke 11 dan huruf Hamzah adalah huruf ke 29, jika kita jumlahkan struktur angkanya, yaitu 5 +11+ 29 = 45. Apakah makna bilangan 45 ?, apabila bilangan 45 dihubungkan (dimunasabahkan) ke struktur surah dalam Al-Qur’an, maka surah ke 45 bernama Al Jaatsiyah yang artinya yang bertekuk lutut, mengapa dinamakan Al Jaatsiyah, karena diambil dari ayat ke 28 yang menyatakan : “Dan pada Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang mendengar dan melihat, Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; adalah Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu hari itu kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk melihat buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan”. Kemudian pada surah 45 ayat 29-30 menyatakan: “(Allah berfirman): “Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.” Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh maka Tuhan mereka memasukan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga) Itulah keberuntungan yang nyata.
      Pertanyaannya bagaimana Allah akan memasukan manusia kedalam rahmat-Nya? Dan mendapat keberuntungan, jika manusia beriman tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, itulah yang Allah nyatakan dalam surah 45 ayat 20: “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” Kemudian pada ayat ke 15 surah ke 45 Allah menyatakan: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan”.
      Pertanyaannya apakah manusia yakin, bahwa akan ada pertemuan dengan Tuhannya ?, jika yakin berarti yakin juga terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang lain, maka sesungguhnya Al-Qur’an yang berjumlah 30 JUZ itu sesungguhnya mewakili 30 tipologi manusia, pertanyaan ketika manusia membaca 30 JUZ dibulan ramadhan sesungguhnya ia sedang melakukan kilas balik, nafak tilas kehidupannya atau berthawaf, sesungguhnya ia sedang mencari apa dari 30 Juz Al-Qur’an itu? sesungguhnya ia sedang mencari “Lailatul Qadr” di malam kemuliaan bagi dirinya, yaitu menemukan JUZDIRI-nya diantara 30 JUZ itu dan ketika ia menemukan JUZDIRI-nya sesungguhnya ia menemukan “Lailaltul Qadar” bagi dirinya, kiblat dirinya, yaitu Ka’bah dirinya, oleh karena itu didalam hadist qudsi Rasulullah menyatakan : “Pada suatu malam kulihat diriku tertidur disamping Ka’bah dan aku terbangun kemudian thawaf mengelilingi Ka’bah”. Ada dua kata kunci Ka’bah dan Thawaf, apa makna Ka’bah dan Thawaf sebenarnya, mengapa manusia diperintahkan Allah untuk menghadap ke Ka’bah dan berthawaf mengelilingi Ka’bah?
      Ka’bah menjadi petunjuk bagi manusia, dan Ka’bah sesungguhnya adalah simbolisasi Al-Qur’an itu sendiri, karena Al-Qur’an itu adalah petunjuk bagi manusia, dan JUZ adalah mewakili diri manusia, itulah yang diriwayatkan oleh Mughirah Bin Syubah berkata: Seorang laki-laki minta izin kepada Rasulullah SAW, yang sedang berada diantara Mekkah dan Madinah Ia berkata: ”Sesungguhnya tadi malam terlewatkan olehku (tidak membaca) akan juzku dari Al-Qur’an, sesungguhnya saya tidak mengutamakan yang lain di atas Al-Qur’an”. Hadist ini diriwayatkan Abu Daud, dengan derajad hadist Hasan dan hadist ini tersebut dalam Buku Sejarah Al-Qur’an (Tarikul Al-Qur’an) edisi bahasa Arab Ibrahim Al Absyari yang dialihkan bahasa oleh Drs H.ST Amanah cetakan 1993, hal 123 dan beliau menyatakan: “Pembagian juz yang dilakukan oleh kaum muslimin ini, karena memberi bagian pada jam-jam hari mereka,sehingga mereka tidak absen dari membacanya (Al-Qur’an) dan agar mereka mudah untuk menyelesaikan sampai akhirnya minggu demi minggu atau bulan demi bulan”
      Coba perhatikan ada bahasa kode, ketika tanda orang berhaji adalah Tahalul, yaitu dipotong 3 (tiga) helai rambut dan 10 (sepuluh) kuku jadi 3 + 10 = 13, angka 13 ini adalah mewakili titik anatomi manusia dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki dan ketika angka 13 ini dihubungkan ketika orang mendirikan sholat, maka didalam sholat ada 13 rukun dari takbiratul sampai dengan salam, tetapi bukankah manusia sholat itu menggunakan sajadah dan surah yang bernama As Sajadah atau sujud batasan adalah surah yang bernomor 32. Pada surah ini terdapat ayat sajadah pada ayat ke 15 yang menyatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, adalah orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami) mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhanmu, sedang mereka tidak menyombongkan diri. (QS As Sajadah (32) Ayat 15)
      Jika penjelasan di atas kita transfer kebahasa kauniyah (bahasa angka), maka ilustrasi berikut ini adalah gambarannya:

      Berdasarkan ilustrasi di atas manusia mendirikan sholat adalah 13 rukunnya dan ketika mendirikan sholat di atas sajadah dan surah As Sajadah pada struktur Al-Qur’an adalah surah ke 32, maka jika kita baca secara kauniyah, “manusia beriman sedang mendirikan 13 rukun sholat di atas sajadah” atau jika ditransfer ke bahasa angka, adalah 13 dan 32, jika kita tambahkan kedua angka itu 13 + 32 = 45. Bukankah angka 45 itu secara struktur huruf sama dengan tulisan JUZ yang jumlahnya 45 dan surah ke 45 adalah Al Jaatsiyah artinya yang bertekuk lutut, jika dikembalikan dengan bahasa kode format, maka pada awal JUZ atau disetiap awal JUZ atau halaman pertama JUZ dalam format Al-Qur’an Mushaft Utsmani 18 baris selalu ada huruf yang dicetak tebal dan perhatikan lurus ke kiri ada tulisan Al JUZ yang ditulis secara vertikal, yang secara struktur huruf jumlahnya 76 (lihat ilustrasi eksplorasi Tulisan Al JUZ di atas) dan surah ke 76 adalah bernama Al-Insan artinya manusia, sedangkan tulisan JUZ struktur hurufnya berjumlah 45, jika ditransfer ke bahasa kedua angka itu adalah 76 dan 45, jika dibaca secara kauniyah kombinasi kedua angka tersebut adalah “Manusia/Al-Insan/Al-Dahri yang bertekuk lutut (Al Jaatsiyah)”, pertanyaannya apa yang dilakukan manusia beriman ketika dalam keadaan bertekuk lutut ?, yaitu ada tiga hal, sedang tafakur, sedang tadarus membaca Al-Qur’an, atau sedang sholat. Ketiga hal inilah yang sering dilakukan oleh Rasulullah SAW di malam hari untuk menegakkan surah Al Ankabuut (29) Ayat 45, Surah Al Munzamil (73) ayat 4,5,6 dan 20) yang kemudian ditegur oleh isterinya Siti Aisyah r.a. sampai tiga kali.
      Untuk memperjelas struktur Al-JUZ dan JUZ, eksplorasi berikutnya adalah angka 76 dan 45 ditambahkan , maka 76 + 45 = 121, karena angkanya lebih dari 114, maka dikurang dengan 114, jadi 121 –114 = 7, apa makna angka 7, angka 7 jika dihubungkan dengan struktur surah ke 7 adalah bernama Al Araf artinya tempat tertinggi, bukankah sedekat-dekatnya seorang hamba adalah ketika bersujud, sebagaimana dinyatakan Rasulullah SAW: “Dari Abu Hurairah katanya: “Rasulullah SAW bersabda: “Sedekat dekatnya seorang hamba kepada Tuhan-Nya ketika ia bersujud, karena itu perbanyaklah do’a”. (Shahih Muslim Nomor 435), Bukankah ketika manusia sujud ada tujuh tumpuannya, yaitu: kaki kiri (1), kaki kanan (2), lutut kiri (3), lutut kanan (4), tangan kiri (5), tangan kanan (6), kepala (7), bukankah ibadah haji tujuh (7) kali thawafnya, jika kedua angka itu ditambahkan, yaitu 7 titik sujudnya dan 7 kali thawafnya menjadi 7 + 7 = 14 dan surah ke 14 adalah Ibrahim, bukankah Ka’bah itu didirikan oleh Nai Ibrahim AS sebagai simbolisasi Tauhid, renungkan pesan Allah pada surah ke 7 Al Araf ayat 172; “dan Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Mereka menjawab” “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat (kematianmu) kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan)” (QS 7 Al Araaf ayat 172) dan kemudian Allah menyatakan : “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS 7 Al Raaf ayat 52)
      Pertanyaan apa yang Allah perintahkan kepada Muhammad SAW?, yaitu :

      BACALAH apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (AL-QUR’AN) dan DIRIKAN SHOLAT. Sesungguhnya Sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan KEJI dan MUNGKAR. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Membaca Al Qur’an dan Sholat) adalah lebih besar (Keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS Al Ankabuut Laba-laba (29) Ayat 45)
      Ketika sedang membaca Al-Qur’an, Allah SWT memperintahkan kepada manusia “bacalah yang paling mudah bagimu dari Al-Qur’an” (QS Al-Munzamil (73) ayat 20), pertanyaannya apa yang paling mudah bagimu dari Al-Qur’an, berdasarkan kajian Keilmuan Struktur Al-Qur’an Digital melalui MSFQ (Metode Struktur dan Format Al-Qur’an) adalah JUZDIRI masing-masing, mengapa, karena manusia diwakili oleh juzdiri masing-masing sebagai “jatidirinya” atau fitrah dirinya, ketika ia membaca dan mengkaji JUZDIRI-nya sesungguhnya ia sedang memasuki “Baitullah” bagi dirinya atau berthawaf dengan Al-Qur’an untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dirinya, yaitu Allah SWT atau kekasih dirinya, itulah didalam hadits qudsi: “Allah berfirman, Rasulullah SAW Bersabda “Tak dapat memuat Zat ku, bumi dan langit. Yang dapat memuat Zat-Ku hati hamba-Ku yang mu’min yang lunak dan tenang” Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah siapakah orang yang terbaik itu ? Jawab Rasulullah SAW” Semua orang Mu’min yang bersih hatinya”, maka ditanya lagi, apa arti orang yang bersih hati itu? Dijawab Rasulullah SAW. “Ialah orang-orang yang taqwa, suci hatinya, tidak ada kepalsuan padanya, tidak ada kemunafikan padanya, dan tidak ada kezaliman, dendam, khianat serta dengki”.
      Pertanyaannya bagaimana manusia membersihkan qalbu dari sifat-sifat buruk pada diri manusia?. Di dalam buku Fsikologi Islam terbitan dari Universitas Muhamadyah Surakarta, Tahun 2001, pada hal 108 : “Teknik-teknik pembersihan diri adalah penyembuhan bentuk gangguan mental, karena ada asumsi bahwa gangguan-gangguan ini berkaitan dengan PENYAKIT HATI, AHLAK YANG BURUK dan DOMINASI HAWA NAFSU MANUSIA, maka qalbu tersebut perlu dibersihkan. Ada beberapa cara antara lain: 3. Teknik Membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an secara harfiah (kata demi kata, bukan hanya makna) merupakan obat bagi penyakit-penyakit hati, oleh karena itu membaca (mendaras) Al–Qur’an dapat dijadikan sebagai teknik membersihkan diri. Lukman AQ Soemabrata (1991) mengajukan suatu teori dan teknik mendaras Al-Qur’an yang dapat mempunyai pengaruh baik fisik terutama fsikologis dan Spiritual. Antara lain menyebutkan, bahwa setiap orang mempunyai kecocokan dengan JUZ tertentu, jika ayat-ayat dalam JUZ itu dibaca maka pengaruhnya akan besar” . Itulah yang dikenal dengan JUZDIRI
      Juzdiri adalah fitrah diri manusia, melalui pengenalan dirinya atau thawaf terhadap perjalanan hidupnya akhirnya manusia menemukan apa ia cari selama ini, karena sesungguhnya tiap-tiap manusia berbuat menurut berdasarkan keadaan masing-masing dan mencari “tanda” dirinya, sebagaimana dinyatakan : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka TANDA-TANDA Kami disegenap penjuru alam dan PADA DIRI MEREKA SENDIRI, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa AL QUR’AN itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bagi kamu bahwa sesungguhnya DIA menyaksikan SEGALA SESUATU. (QS Al Fhussilat (41) Ayat 53). Katakanlah: “TIAP-TIAP ORANG BERBUAT MENURUT KEADAANNYA MASING-MASING”, Maka TUHANMU lebih mengetahui SIAPA YANG LEBIH BENAR JALANNYA. QS Al Isr’a (17) Ayat 84) “Maka hadapkan wajahmu dengan LURUS kepada DIEN Allah: tetaplah ATAS FITRAH ALLAH yang telah MENCIPTAKAN MANUSIA MENURUT FITRAH ITU. Tidak ada perubahan atas FITRAH ALLAH. Itulah DIEN YANG LURUS, tetapi KEBANYAKAN MANUSIA TIDAK MENGETAHUI. (QS Ar Rum (30) Ayat 30).
      Seharusnya manusia yang yakin akan bertemu dengan Sang Pencipta dirinya, maka sudah sepatutnya menempuh jalan tauhid untuk mengenal diri menuju sadar diri dan menemukan fitrah diri dan seharusnya juga manusia dapat menjadi “pribadi yang sejati”, tetapi “sang pribadi sejati” hanya dapat berwujud melalui raga manusia dan jika masih ada jasad yang melekad itulah kodrat yang merupakan sifat yang melekat pada “sang pribadi sejati” sejak azali (QS 35 Ayat 11,QS 82 Ayat 6-8) serta menyandang khalifah fir Ard (QS 2 Ayat 30).
      Bukankah Tauhid itu adalah tempat duduknya ilmu, dan manusia wajib haqul yakin, bahkan ainul yakin bahwa sebenarnya Al-Qur’an adalah struktur tauhid dan Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (QS 29 Ayat 49), agar diberi cahaya-Nya (QS 24 Ayat 34- 35), karena itu cari dan tegakkan “Alif sebagai mustaqiimmu”.
      “Sang Pribadi sejati” itu senantiasa kembali menuju fitrah (QS 30 Ayat 30) untuk menempuh jalan lurus/mustaqiim (QS 1 Ayat 6) dan “sang pribadi sejati” atau “sang urip” mula-mula hidup dalam dimensi alam spiritual, kemudian Allah tiupkan ruh kedalam jasad manusia (QS 32 Ayat 9), kemudian seiring dengan jalannya waktu sang jasad menuju bentuk yang sempurna (QS 23 Ayat 12-14) dan ketika kemanusiannya mulai matang setelah “Sang Pribadi sejati” mempunyai sandangan kehormatan yaitu nafs muthmainah (QS 89 Ayat 27 – 30) dan jiwa itupun disumpah oleh Allah tentang siapa Tuhannya (QS 7 Ayat 172) agar kelak dapat melakukan perjalanan spiritual kembali kepada Sang Pencipta “Pribadi Sejati”, yaitu Allah SWT, Pencipta Langit dan Bumi (QS 49 Ayat 15).
      Kemudian jadilah manusia terlahir ke dunia dan ketika akil baliq meneruskan risalah Adam, menelusuri jejak para nabi dan rasul dan diseru untuk mencari “jalan pulang” (QS 5 Ayat 35) dan jalan itu sesungguhnya adalah jejak nabi Muhammad menuju jejak Ibrahim (QS 22 Ayat 78) dan ketika menelusuri jejaknya, maka manusia diperintahkan Allah untuk memperhatikan ayat-ayat-Nya (QS 38 Ayat 29) dan mempergunakan akalnya (QS 10 Ayat 100) dan Allah mudahkan Al-Qur’an (QS 54 Ayat 17,22,32,40) sebagai pedoman hidup manusia (QS 45 Ayat 20, QS 3 Ayat 138) untuk pelajaran bagi manusia yang mau “belajar mati” (QS 23 Ayat 80). Akhirnya “Sang Pribadi Sejati” itu menempuh jalan pulang kembali menuju fitrahnya (QS 30 Ayat 30), oleh karena itu berwasiatlah bagi yang hidup apabila meninggalkan harta yang banyak. (QS 2 Ayat 180) dan memberikan pertanggungjawaban atas mandatnya sebagai khalifah fil ardh (QS 2 Ayat 30), agar jangan terancam menjadi manusia yang tidak sadar diri (QS 75 Ayat 26 – 35), tetapi jadilahkanlah dirimu manusia yang sadar diri menempuh jalan pulang dengan tenang (QS 89 Ayat 27 – 30) dan malaikatpun mengiringi manusia yang istiqomah (QS 41 Ayat 30,31), serta bertemu dengan sahabat “Sang Pribadi sejati”(QS 13 Ayat 11) ketika sakratul mautnya (QS 50 Ayat 16 –19, 21) dan disingkapkan matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam (QS 50 Ayat 22) dan bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri penghisab terhadap dirimu (QS 17 Ayat 13-15), maka celakalah yang catatan buku kehidupannya ”raportnya merah” (QS 18 Ayat 49) kemudian manusia memberikan kesaksiannya (QS 17 Ayat 36, QS 36 Ayat 65,QS 41 Ayat 21-22,QS 24 Ayat 24) dan ketika itu manusia menantikan kedatangan malaikat penyabut nyawa (QS 6 Ayat 156) kemudian dimatikan dan diwafatkan kamu (QS 6 Ayat 61). Baru engkau sadar sesungguhnya kamu sebelumnya hanya segumpal darah yang diletakan oleh Allah dalam rahim Ibumu (QS 76 Ayat 1 s/d 4). Sesungguhnya kasih sayang Allah sejak azali dititipkan ke dalam setiap qalbu ibumu sepanjang masa !! sesungguhnya kasih ibu sepanjang masa dan merupakan percikan dari salah satu As Ma’ul Husna, yaitu Maha Kasih Sayang atau Ar Rahman Ar Rahim, maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan ! belajarlah dari manusia Lukman Nul Hakim yang diabadikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an (QS 31 Ayat 12 –19).
      Penjelasan angka 76 dari ilustrasi kajian digital diatas adalah berasal dari angka–angka yang diambil dari kristalisasi tujuh nilai yang bersifat universal, yaitu tujuh budi utama yang harus dipegang teguh oleh alumni ESQ yang dihubungkan dengan urutan sifat-sifat Allah yang mewakilinya, yaitu kejujuran mewakili sifat Allah ke 6 Al Mukmin, tanggung jawab mewakili sifat Allah ke 52 Al Wakil, visioner mewakili sifat Allah ke 74 Al Akhir, disiplin mewakili sifat Allah ke 54 Al Matin, kerjasama mewakili sifat Allah ke 87 Al Jaami, Adil mewakili sifat Allah ke 29 Al Adl dan peduli mewakili sifat Allah ke 26 dan 27, As Sami’ dan Al Bashir.
      Kemudian jika angka–angka itu diakumulasikan dengan dijadikan struktur digital melalui penjumlahan angka-angka yang terdiri dua digit, 6, 52, 74, 54, 87, 29, 26,27, yaitu 6+7 (5+2)+11 (7+4)+ 9 (5+4) +15 (8+7)+11 (2+9)+ 8 (2+6)+9 (2+7) = 76, bukankah angka ini sama dan sebangun dengan tulisan AL JUZ dalam kajian MSFQ, yaitu Struktur Huruf dari tulisan AL JUZ terdiri dari huruf Alif lam huruf ke 31, huruf Jim huruf ke 5, huruf Zai huruf ke 11 dan huruf Hamzah huruf ke 29, jika diakumulasikan 31 + 5 + 11 + 29 = 76, disinilah sinergisitas antara tujuh nilai dasar ESQ dengan tulisan Al JUZ atau JUZDIRI pada kajian MSFQ, pertanyaan mendasar adalah jika As Ma’ulhusna ada 99, maka yang ke 100 apa namanya ? Tentunya yang ke 100 adalah AL JUZ, yaitu mewakili manusianya, bukankah tujuh nilai dasar atau budi utama yang dipegang teguh oleh alumni ESQ itu merupakan kristalisasi dari asmaul husna atau percikan asma’ul husna kedalam diri manusia, perhatikan apabila angka 76 ini dikorelasikan ke dalam struktur surah, maka surah ke 76 adalah bernama Al Insan/Al Dahri yang artinya manusia, tetapi manusia yang bagaimana, yaitu manusia yang mengenal diri, sadardiri dan tahu diri serta akhirnya menemukan fitrah dirinya atau manusia digital, manusia yang paham siapa dirinya, untuk apa ia dilahirkan, dan mau kemana setelah hidup di dunia ini ?
      Berdasarkan kajian MSFQ adalah manusia yang telah dihijabkan (dibukakan) JUZDIRI-nya kemudian membaca, mengkaji ayat-ayat yang berada pada juzdirinya serta dilanjutkan dengan tadarusan bersistem dalam rangka menginstal kembali atau pembersihan qalbunya sehingga manusia kenaldiri, sadar diri, tahu diri dan menemukan fitrah dirinya serta mewujudkan dalam kehidupannya, jadilah diri berkesadaran dari apa ia dijadikan, “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadi dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang- orang kafir rantai belenggu dan neraka yang menyala-nyala (QS Al Dahri (76) ayat 1 -4). Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta ialah hati didalam dada (QS Al Hajj (22) ayat 46).
      Di dalam hadits qudsi: “Allah berfirman, Rasulullah SAW Bersabda “Tak dapat memuat Zat ku, bumi dan langit. Yang dapat memuat Zat-Ku hati hamba-Ku yang mu’min yang lunak dan tenang” Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah siapakah orang yang terbaik itu ? Jawab Rasulullah SAW” Semua orang Mu’min yang bersih hatinya”, maka ditanya lagi, apa arti orang yang bersih hati itu? Dijawab Rasulullah SAW. “Ialah orang-orang yang taqwa, suci hatinya, tidak ada kepalsuan padanya, tidak ada kemunafikan padanya, dan tidak ada kezaliman, dendam, khianat serta dengki”. Inilah misteri hadist qudsi Rasulullah SAW menyatakan: “Pada suatu malam kulihat diriku tertidur disamping Ka’bah dan aku terbangun kemudian aku thawaf mengelilingi Ka’bah”, Sudahkah Al-Qur’an itu berthawaf dalam dirimu?, Ka’bah sesungguhnya simbolisasi Al-Qur’an itu sendiri. Mengapa demikian ? karena sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah struktur tauhid, dan simbolisasi tauhid adalah Ka’bah, jadi pernyataan sufi : “telah kupindahkan Ka’bah dalam dadaku” bermakna memindahkan Al-Qur’an kedalam qalbu manusia, tetapi bagaimana caranya, maka manusia diperintahkan untuk mencari jalan bagaimana mendekati Allah (QS Al Maidah (5) ayat 35), dan karena Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia (QS 45 ayat 20 dan QS 3 ayat 138), salah satu jalannya (The Qur’ani Way), carilah JUZDIRI-mu diantara 30 JUZ Al-Qur’an yang mana bagian dirimu, itulah “tanda” yang ada pada pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? QS Adz Dzariyat (51) ayat 21, Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? QS Al Fushilat (41) ayat 53 itulah makna terdalam dari hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Mughirah Bin Syubah berkata: Seorang laki-laki minta izin kepada Rasulullah SAW, yang sedang berada diantara Mekkah dan Madinah Ia berkata: ”Sesungguhnya tadi malam terlewatkan olehku (tidak membaca) akan juzku dari Al-Qur’an, sesungguhnya saya tidak mengutamakan yang lain di atas Al-Qur’an”. Hadist ini diriwayatkan Abu Daud, dengan derajad hadist Hasan dan hadist ini tersebut dalam Buku Sejarah Al-Qur’an (Tarikul Al-Qur’an) edisi bahasa Arab Ibrahim Al Absyari yang dialihkan bahasa oleh Drs H.ST Amanah cetakan 1993, hal 123.

      Pesan dan renungan bagi para Pecinta Ilmu.
      Pada paparan penutup ini ada sebuah pesan dan renungan, bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyia-nyiakan upaya dan keinginan masyarakat dalam mempelajari Kalamullah. Ustman bin Affan melaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Yang terbaik diantara kamu sekalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an kemudian mengajarkan kepada orang lain” (HR Bukhari, Hadist nomor 5027,5028, Sunan Abu Daud, hadist nomor 1452), dan “Siapa yang meniti jalan pencarian ilmu pengetahuan, Allah akan membuka baginya jalan menuju surga, (Hadist Abu Khaitama, hadist nomor 25).
      Patut direnungkan, bahwa proses belajar manusia untuk memahami tanda-tanda/kode-kode/ayat-ayat di alam semesta dan pada diri manusia adalah sesuatu yang berjalan setapak demi setapak, seperti halnya turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur telah menunjukkan hal ini, kecermatan mengamati tanda-tanda dan berbagai hubungan dalam struktur Al-Qur’an pada hakekatnya bersifat terpadu dan bentuk keterpaduan itu memberikan pemahaman, bahwa Al-Qur’an bukan hanya bisa dipahami dengan bahasa verbal (huruf) tetapi juga bisa dipahami dengan bahasa angka dan bahasa format, karena sifat universal dari angka, maka bisa melintasi berbagai kajian Al-Qur’an yang telah ada dalam peradaban Islam, sedangkan pada sisi lain sistematik Al-Qur’an beserta berbagai bentuk hubungan antar struktur yang ada padanya sangat menolong dalam memahami dan membaca serta mengaplikasikan konstruksi Al-Qur’an ke sebuah analisis kajian, sebab konstruksi Al-Qur’an merefleksikan bahasa struktur.
      Mengingat bahasa format Al-Qur’an bermanfaat untuk mendukung dan melengkapi proses belajar menggali pesan keilmuan Al-Qur’an, maka fenomena format dan struktur Al-Qur’an yang terdapat didalamnya perlu dicermati sebagai langkah awal dalam usaha menggali pesan-pesan spiritual yang disampaikan Allah kepada manusia, misalnya salah satunya pesan spiritual pada QS Al-Baqarah (2) ayat 269 Allah menyatakan: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah), pada ayat lain QS Sad (38) ayat 29 yang menyatakan: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”,
      Demikian Wassalam…Wr..Wb…

      • As wr wb jawaban darul qohar banyak mengambil kalimat dimakalah saya (Turiman Fachturahman Nur Juz 18 Pontianak Kal-Bar, mohon kejujuran ilmiah, minimal ada cacatan kaki, namun saya ikhlas untuk disitir beberapa bagian makalah saya

  4. Djoko Hardoyo berkata:

    Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatu

    Saya rindu bisa dialog dengan kelompok pengajian ini lagi, apa ada penerusnya alm . pak Lukman yang di Jogja ya?

    Oya, mbak Sinta murid senior nya … dimana sekarang ?

    WasSalam
    Djoko H Jogja

    anakku juz 18

    • darulqohar berkata:

      Wa’alaikum salam Wr.Wb…

      Terima Kasih Telah berkunjung ke Blog ini….

      Saya Mohon Maaf agak telat membalasnya, di karena kan kesibukan pada pekerjaan kami pak…

      Kalau Penerus Keilmuan ini Alhamdulillah sudah banyak pak…yang buka kelas belajar juga banyak..di samping di rumah P’Luqman, kelas belajar juga di rumah P’Bambang 19, di Pak Sanuri, di Pak Irul, di Gus AA, dll. kalau mbak Sinta sekarang di Bandung pak, dia buka kelas belajar di sana..kalau di Jogja saya belum ada info pak di sana ada kelas belajar nya tidak…itu saja informasi dari saya…Terima kasih…

      Wassalam Wr.Wb..

      By Syahroni Noor21 / Ade Sofyan 18

  5. shukri berkata:

    Assalamu’alaikum ustadz,
    saya mau recheck (semoga dibolehkan),
    saya pernah dibukakan juz saya, katanya adalah 18,
    tolong konfirmasikan ya ustadz….
    terima kasih

  6. shukri berkata:

    Assalmu’alaikum ustadz,
    InsyaAllah ustadz dalam keadaan sehat walafiat,
    Saya kemarin telah minta tolong untuk recheck saya punya jus pada ustadz,
    mungkin permohonan ini tidak sampai dan sekarang saya ulang lagi,
    Saya pernah dibukakan juz nya dan didapat adalah juz 18,
    Saya mohon untuk dapat dikonfirmasikan lagi benar adanya.
    Terima Kasih

    • darulqohar berkata:

      Sdr Shukri, setelah di rechek , memang anda mempunyai karakter juz 18, jangan ragu lagi dan segeralah mengamalkannya hingga anda merasakan segala hal yang positif dari bacaan Alqur’an anda.Bila anda perlu Alquran dan buku2 modul belajar dari keilmuan ini dari dasar hingga tingkat yang lebih tinggi, anda dapat menghubungi saya di nomor: 081267541450 atau 087875684813. Wassalam
      Anwar

Tinggalkan Balasan ke darulqohar Batalkan balasan